Sejarah Pemeliharaan Kemurnian Al-Qur'an 2

Pemeliharaan Al quran, Selain melalui hafalan tiap-tiap ayat diturunkan, nabi menyuruh menghafalkannya dan menuliskannya di Batu, Kulit binatang, pelepah kurma dan apa saja yang bisa disusun dalam satu surat. Nabi menerangkan tertib urut ayat-ayat itu. Nabi mengadakan peraturan, yaitu al-Qur'an sajalah yang boleh dituliskan. Selain dari Al-Qur'an yaitu hadist dan pelajaran-pelajaran lainnya yang keluar dari ucapan dan perbuatan nabi dilarang menuliskannya. Larangan ini bertujuan supaya Al-Quranul karim itu terpelihara, jangan campur aduk dengan yang lain-lain yang juga didengar dari nabi.

Nabi menganjurkan supaya Al-Qur'an itu dihafal, selalu dibaca dan diwajibkan membacanya pada waktu Sholat. dengan demikian banyaklah orang yang hafal Al-Qur'an. surat yang satu macam, dihafal oleh ribuan manusia. dan banyak yang hafal seluruh Al-Qur'an. Dalam pada itu tidak ada satupun ayat yang tidak dituliskan. Kepandaian menulis dan membaca itu amat sangat dihargai dan digembirakan oleh Nabi SAW. Beliau bersabda :"Diakhirat nanti, tinta-tinta para ulama itu akan ditimbang dengan darah syuhada".

Pada peperangan badar, orang-orang musyrikin yang ditawan oleh Nabi, yang tidak mampu menebus dirinya dengan uang, tetapi pandai menulis baca, masing-masingnya diharuskan mengajar sepuluh orang muslim menulis dan membaca sebagai ganti tebusan. Didalam ayat al-Qur'an pun banyak yang mengutarakan penghargaan yang tinggi terhadap huruf, pena dan tulisan. Firman Allah dalam surat Al-Qalam ayat 1 : "Nun, Demi pena dan apa yang mereka tuliskan". kemudian surat al-Alaq ayat 3,4,5 :"Bacalah, dan Tuhanmu amat mulia. Yang telah mengajar dengan pena. Dia telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya".

Karena itu bertambahlah keinginan untuk belajar menulis dan membaca, dan bertambah banyaklah mereka yang pandai menulis dan membaca itu, semakin banyak pula orang yang menuliskan ayat-ayat al-Qur'an yang telah diturunkan. Nabi sendiri mempunyai beberapa penulis yang bertugas menuliskan Al-Qur'an. Penulis-penulis beliau yang paling terkenal adalah: 'Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Ubay bin Ka'ab, Zaid bin Tsabit dan Muawiyah. yang terbanyak menuliskan adalah Zaid bin Tsabit dan Muawiyah. Dengan demikian terdapatlah 3 unsur yang saling tolong menolong dalam pemeliharaan kemurnian Al-Qur'an, Yaitu:
1. Hafalan dari mereka yang hafal al-Qur'an
2. Naskah-naskah yang ditulis untuk nabi
3. Naskah-naskah yang ditulis oleh mereka yang pandai menulis dan membaca untuk mereka masing-masing.

Sejarah Pemeliharaan Kemurnian Al-Qur'an


Pemeliharaan AlQuran di Masa Nabi Muhammad SAW
Pada permulaan Islam, bangsa Arab adalah salah satu bangsa yang buta huruf; amat sedikit diantara mereka yang bisa membaca dan menulis. jikapun ada yang bisa membaca belum tentu bisa menulis. mereka belum mengenal kertas, sebagaimana kertas yang dikenal sekarang. Perkataan "Alwaraq" (daun) yang lazim pula dipakaikan dengan arti kertas pada masa itu, hanyalah dipakaikan pada daun kayu saja.

Adapun kata al-Qirthas yang daripadanya terambil kata-kata Indonesia "kertas" dipakaikan oleh mereka hanyalah kepada benda-benda atau bahan-bahan yang mereka pergunakan untuk ditulis, yaitu: kulit binatang, batu yang tipis dan licin, pelapah korma, tulang binatang dan lain sebagainya. setelah mereka menaklukkan negeri Persia (Iran sekarang), yaitu sesudah wafatnya Nabi Muhammad SAW, barulah mereka mengetahui kertas. Orang persia menamai kertas itu "Kaghid", maka dipakailah kata-kata kaghid ini untuk kertas oleh bangsa Arab semenjak itu.
Adapun sebelum masa Nabi ataupun dimansa Nabi, kata-kata Kaghid itu tidak ada dalam pemakaian bahasa arab, maupun dalam hadits-hadits nabi. Kemudian kata-kata Qirthas itupun dipakai pula oleh bangsa Arab kepada apa yang dinamakan Kaghid dalam bahasa Persia.

Kitab atau buku tentang apapun, juga belum ada pada mereka. kata-kata kitab dimasa itu hanyalah berarti:sepotong kulit, batu, atau tulang dan sebagainya yang telah bertulis atau berarti surat seperti kata "kitab" dalam ayat 28 surat An-Naml: Idzhab bikitaabii Haadzaa Fa Alqih ilaihim

Karena mereka belum mengenal kitab atau buku sebagai yang dikenal sekarang, sebab itu diwaktu alQuranul karim dibukukan dimasa khalifah Utsman bin Affan - sebagaimana akan diterangkan nanti - mereka tidak tahu dengan apa Al-Qur'an yang telah dibukukan itu dinamai. Bermacam-macamlah pendapat para sahabat tentang nama yang harus diberikan. akhirnya mereka sepakat menamainya dengan "AlMushaf"

Kendatipun bangsa Arab pada waktu itu masih buta huruf, tetapi mereka mempunyai ingatan yang amat kuat. Pegangan mereka dalam memelihara dan meriwayatkan Syair-Syair dari pujangga-pujangga mereka, anshab, Silsilah keturunan mereka, peperangan peperangan yang terjadi diantara mereka, peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat dan sebagainya, tidak lain melalui hafalan dan ingatan mereka.

Demikianlah keadaan bangsa Arab saat itu. Maka dijalankanlah oleh Nabi suatu cara yang praktis, yang selaras dengan keadaan saat itu dalam menyiarkan AlQur'anul Kariim dan memeliharanya.

Pembagian dalam Al-Qur'an

Sejak zaman sahabat telah ada pembagian alquran menjadi:1/2,1/3,1/5,1/7,1/9 dan sebagainya. Pembagian tersebut hanya sekedar untuk hafalan dan amalan dalam tiap-tiap sehari semalam atau didalam sholat. Barulah pada masa Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi diadakan penulisan didalam atau di pinggir alQuran dan ditambah dengan istilah-istilah baru.

Salah satu pembagian itu adalah quran dibagi menjadi 30 Juz, 114 Surat dan 60 Hizb. tiap-tiap satu surat ditulis namanya dan ayat-ayatnya dan tiap-tiap Hizb ditulis sebelah pinggirnya dan menerangkan Hizb pertama, kedua dan seterusnya. Tiap tiap Hizb dibagi 4.

Pembagian cara inilah yang dipakai oleh ahli-ahli Qiraat mesir dan atas dasar itu pulalah percetakan Amiriyah milik pemerintah Mesir mencetak Al-Qur'an semenjak tahun 1337 H sampai sekarang dibawah pengawasan guru besar al-Azhar.

AL Quran terdiri dari 114 Surat, dibagi menjadi 30 Juz terdiri dari 554 ruku'. Surat yang panjang terdiri dari beberapa Ruku' tiap satu ruku' diberi tanda huruf 'ain dipinggirnya. alQuran yang beredar di Indonesia dibagi menurut pembagian tersebut seperti cetakan Cirebon, Jepang, dll. adapun pertengahan alQuran terdapat pada surat 118 (Al-Kahfi) ayat 19 pada kata Walyatalath thof

Nama-nama dan Surat Al-Qur'an

Allah memberi nama kitabnya dengan Al-qur'an yang berarti "bacaan". Arti ini dapat kita lihat dalam surat 75 (Al-Qiyaamah); ayat 17 dan 18 sebagai mana tersebut diatas. nama ini dikuatkan oleh ayat-ayat yang terdapat dalam surat 17 (Al-Isra) ayat 88, Surat 2 (Al-Baqarah) ayat 85; surat 15 (Al-Hijr) ayat 87; surat 20 (Thaha) ayat 2; surat 27 (An-Naml) ayat 6, Surat 46 (Al-Ahqaf)ayat 29; Surat 56 (Al-Waqi'ah) ayat 77, Surat 59 (Al-Hasyr) ayat 21 dan surat 76 (Ad-dahr) ayat 23. menurut pengertian ayat-ayat diatas Al-Qur'an itu dipakai sebagai nama bagi kalam Allah yang diwahyukan Kepada Nabi Muhammad SAW.
Selain al-Qur'an, Allah juga memberi beberapa nama lain bagi kitabnya seperti:

1. Al-Kitaab atau Kitabullah; merupakan sinonim dari perkataan al-Qur'an sebagaimana tersebut dalam surat 2 (al-Baqarah) yang artinya :"Kitab ini (Al-Qur'an) tidak ada keraguan padanya...." Lihat pula surat Al-An'am ayat 114.
2. Al-Furqaan. Al-Furqan artinya pembeda, yaitu yang membedakan antara yang hak dan yang batil. sebagaimana tersebut dalam surat 25 (Al-Furqan) ayat 1 yang artinya "Maha Agung Allah yang telah menurunkan Al-Furqan kepada Hambanya, agar ia menjadi peringatan kepada seluruh alam"
3. Adz-Dzikr, artinya peringatan sebagaimana yang tersebut dalam surat Al-Hijr ayat 9 yang artinya "Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Adz-Dzikr dan sesungguhnya kamilah yang menjaganya. lihat juga surat An-Nahl ayat 44.

dari nama yang tiga tersebut diatas, yang paling masyhur dan Khas adalah "Al-Qur'an". selain itu Imam as-Suyuthi dalam kitabnya Al-Itqan menyebutkan nama-nama Al-Qur'an diantaranya Al Mubiin, Al Kariim, Al-Kalam, An Nuur.


Surat-Surat dalam Al-Qur'an
Jumlah surat yang teradapat dalam Al-Qur'an ada 114 surat, nama-namanya dan batas-batas tiap surat dan susunan ayat-ayatnya adalah menurut ketentuan dan ketetapan yang diajarkan oleh Rasulullah sendiri (Tauqifi). sebagian dari surat-surat Al-Qur'an mempunyai satu nama dan yang lain mempunyai lebih dari satu nama.

Surat-surat yang ada dalam Al-Qur'an ditinjau dari segi panjang dan pendeknya terbagi atas 4 bagian

1. Assab'utthiwall, yaitu 7 surat yang panjang terdiri dari Surat Al-baqarah, Ali Imran, An-Nisa, Al-A'raf, Al-an'am, Al Maaidah dan Yunus.
2. Al Miuun, dimaksudkan adalah surat-surat yang berisikira-kira seratus ayat lebih seperti: Surat Hud, Yusuf, Mu'min, dsb
3. Al-Matsaani, dimaksudkan surat-surat yang berisi kurang sedikit dari seratus ayat seperti surat al-Anfaal, Al-Hijr, dsb.
4. AlMufashshal yaitu surat-surat pendek seperti Ad-Dhuha, Al-falaq, Annad, dsb.

Perbedaan Ayat Makiyyah dan Madaniyah

Al-Qur'an diturunkan selama kurang lebih 23 tahun. Ada yang diturunkan di Kota Mekkah yaitu selama kurang lebih 13 tahun dan yang diturnkan di Madinah selam kurang lebih 10 tahun. Setiap surat ini oleh para ulama dikelompokkan bagi yang diturunkan di Mekah disebut kelompok sura Makiyyah dan yang diturunkan saat nabi Muhammad berada di kota Madinah disebut Surat Madaniyyah.
Dalam mendefinisikan surah makkiyah dan madaniyah, terjadi perbedaan pendapat diantara para ulama, sebagian mendefinisikan berdasarkan tempat, sebagian lain berdasarkan mukhatab (orang yang diajak bicara) dan ada juga yang berdasarkan waktu.
1. Definisi berdasarkan tempat; makki adalah ayat al-qur`an yang di turunkan di Makkah walaupun Nabi hijrah ke Madinah, seperti Mina, Arafah, dan Hudaibiyah adalah termasuk surah Makkiyah. Sedang Madani adalah ayat-ayat al-qur`an yang di turunkan di Madinah, seperti surah turun Uhud dan Badar adalah termasuk dalam ayat Madaniyah. Contoh ayat yang di turunkan selain Mekah dan Madinah adalah Artinya; dan tanyakanlah kepada rasul-rasul kami yang telah kami utus sebelum kamu: “adakah kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah yang maha pemurah?” (QS. Az-Zaukhruf [43]:45) Ayat inni di turunkan di Bait Al Maqdis ketika malam isra` mi`raj. Maka definisi ini tidak bias merengkuh istilah Makki dan Madani secara komprehensif, Karena itulah para ulama tidak menyebut definisi ini sebagai definisi yang ideal.
2. Definisi berdasarkan mukhatab; makki adalah ayat-ayat berbicara dengan orang-orang Mekah. Sedangkan Madani adalah ayat-ayat yang berbicara dengan penduduk Madinah. Berdasarkan definisi ini maka ulama mengatakan, setiap ayat yang diawali dengan lafadz; ياأيهاالناس Adalah Makki karrena mayoritas penduduk Mekah ketika itu belum beriman (Kafir) dengan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW., dan ayat yang diawali dengan lafadz: ya ياأيهاالذين آمنوا Adalah Madani karrena mayoritas penduduk Madinah sudah beriman.

Beberapa ulama sepakat dengan pendapat ini juga memasukkan ayat yang dimulai dengan lafazd يآبني آدمke dalam ayat Makkiyah. Abu Ubaid misalnya, meriwayatkan dalam kitabnya, Fidha`il Al-Qur`an, dari Maimun bin Mahran, dia berkata; “setiap ayat dalam Al-qur`an yang ada lafadz ) (يآأيها الناسatau (يآبني آدم) adalah Makkiyah, dan setiap ayat yang ada lafadz يآأيها الذين آمنو adalah Madaniyah.

Namun dalam definisi ini, para ulama juga bersifat sama seperti apa yang lakukan atas definisi pertama, para ulama menolak definisi Makki dan Madani perspektif kedua ini dengan dua alasan: definisi ini tidak jami` dan mani` karena lafazd-lafazd di atas.

Contohnya firman Allah SWT di bawah ini… يأيها اللنبي اتق الله ولاتطع الكفرين والمنفين ؛ إن الله كان عليما حكيما (الاحزب:1)
Artinya; Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti (keinginan) orang-orang kafirdan orang-orang munafik. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana. (QS. Al-Ahzab [33]:1).
Dalam Al-Munafikun Allah SWT. Juga ver إذا جآءك المنفقون قالوا نشهد إنك لرسول الله ’ والله يعلم إنك لرسوله, والله يشهد إن المنفقين لكذبون (المنفقون:1)
Artinya; apabila orang-orang munafik dating kepadamu, mereka berkata: “kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu rasul-rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. (QS. Al-Munafiqun [63]1).
Kedua, pembagian ini tidak berlaku bagi setiap ayat yang ada dalam Al Qur`an, karena ada juga ayat-ayat Makkiyah yang di awali dengan (يآأيها الذين آمنو). Begitu pula sebaliknya, ada ayat-ayat Madaniyah yang diawali dengan (يآأيها آلناس). contohnya adalah surat An Nisa` adalah Madaniyah tetapi pada awal surat ini Allah berfirman: يآ أيها الناس اتقوا ربكم.......الآية
3. Definisi berdasarkan waktu; Makki adalah ayat-ayat yang Al Qur`an yang turun sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Sedangkan madani adalah ayat-ayat Al Qur`an yang turun setelah Nabi hijrah ke Madinah.

Berdasarkan definisi ini maka setandar sebuah ayat dapat dikatakan sebagai makkiyah dan Madaniyan adalah waktu hijrah, tanpa melihat tempat atau orang yang diajak bicara (mukhatab) oleh ayat tersebut. Ayat: الماءِدة– اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتَمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ اْلِإِ سْلَامَدِ يْنًا “Hari ini telah aku sempurnakan agamamu, telahku cukupkan kepadamu nikmatku dan telahku ridoi Islam menjadi Agamamu.” (Al-Maidah:3 Termasuk dalam ayat atau surat Madaniyah walaupun ia diturunkan di Arafah ketika Haji Wada`, karena Haji Wada` terjadi pasca hijrah.

Begitu pula dengan ayat:إن الله يأمركم أن تؤدوا الأمانات إلى أهلها termasuk dalam ayat Madaniyah walaupun ia diturunkan di Mekah ketika fathu Mekah, begitu pula ayat-ayat yang diturunkan ketika Rasul SAW bepergian, seperti pembukaan surat Al-Anfal yang diturunkan di Badar juga ayat Madaniyah bukan Makkiyah karena ayat tersebut diturunkan setelah Nabi hijrah.

Pendapat ketiga ini adalah pendapat yang paling masyhur di kalangan para ulama, dan mendapat pengakuan serta dukungan yang luar biasa, karena menurut mereka definisi ini adalah definisi yang jami` dan mani`. Imam Az Zarkasyi mengatakan bahwa definisi Makki dan Madani yang masyhur di kalangan para ulama adalah definisi ini. Senada dengan Az Zarkasyi, As Suyuthi dan Az Zarqani juga mengataka hal yang sama.

KLASIFIKASI SURAT MAKKIYAH DAN MADANIYAH
Perbedaan tempat dan konteks penurunan wahyu ternyata mengandung rahasia yang cukup menarik untuk dikaji dan diteliti. Maka para ulama pun mulai mengkaji lebih mendalam tentang ayat-ayat berdasarkan tempat dan keadaan di mana ia diturunkan. Kemudian mereka mengklasifikasikan ayat-ayat tersebut ke dalam beberapa kategori. Antara lain; Makki dan Madani, safari badhari, shaifi dan syita, laili dan nahari dan memberikan contoh pada tiap-tiap kategori tersebut. Hal ini menunjukan keseriusan ulama dalam membahas dan mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan Al Qur`an.

Pertama, ilmu Makki dan Madani cakupannya lebih luas, jadi mengetahui Makki dan Madani secara langsung juga mengetahui kategori yang lain.
Kedua, dua kategori ini juga banyak mengulas tentang proses pensyari`atan hukum Islam.

Pada umunya, para ulama membagi surat-surat al-Qur’an menjadi dua kelompok, yaitu surat-surat Makiyyah dan Madaniyah. Mereka berbeda pendapat dalam menetapkan jumlah masing-masing kelompoknya. Sebagian ulama mengatakan bahwa jumlah surat Makiyyah ada 94 surat, sedangkan Madaniyah ada 20 surat. Sebagian ulama lain mengatakan bahwa jumlah surat Makiyyah ada 84 surat, sedangkan yang Madaniyah ada 30 surat.

Perbedaan-perbedaan pendapat para ulama itu dikarenakan adanya sebagian surat yang seluruhnya ayat-ayat Makkiyah atau Madaniyah dan ada sebagian surat lain yang tergolong Makiyyah atau Madaniyah, tetapi di dalamnya berisi sedikit ayat yang lain statusnya.

Ulama telah membahas secara panjang lebar mengenai pembagian surah Makkiyah dan Madaniyah, misalnya Abu ja`far An Nahhas dalam An Nasihk wa Al Mansuhknya, Imam Al Baihaqi dalam Dalail An Nubuwahnya, Ibnu Dhurais dalam fadhailmAl Qur`annya, Abu Ubaid, Abu Bakar Al Ambari, Abu Al hasan bin Al Hashshar dan masih banyak lagi. Namun pendapat yang ideal diantara pendapat-pendapat ulama dalam masalah ini, sebagaimana disebutkan As Suyuthi dalam Al-Itqan, adalah pendapat Abu Al Hasan bin Al Hashshar dalam An Nasihk wa Al mansuhknya, Al Hashshar mengatakan bahwa berdasarkan kesepakatan mayoritas ulama, surat-surat Madaniyah berjumlah dua puluh surat, sedangkan surat-surat yang diperselisihkan berjumlah dua belas surat dan selebihnya adlah surat Makkiyah.

Kemudian dalam Nashamnya Al Hashshar menyatakan secara berurutan sebagai berikut:
Dua puluh (20)surat yang sudah disepakati ulama adalah: surat Al Baqarah, Ali Imran, An Nisa`, Al Ma`idah, Al Anfal, At Taubah, An Nur, Al Ahzab, Muhammad, Al Fath, Al Hujurat, Al Hadid, Al Mujadilah, Al Hasyr, Al Mumtahanah, Al Jumu`ah, Al Munafiqin, At Thalaq, At Tahrim, dan An Nas (HR.

Sedangkan dua belas surat yang masih dalam perdebatan ulama, apakah ia termassuk dalam kategori makkiyah atau Madaniyah adalah: surat Al Fatihah, Ar Ra`d, Ar Rahman, Ash Shaf, At Taghabun, At tathfif, Al Qadar, Al Bayyinah, Az Zalzalah, Al Ikhlas, dan Al Mu`awwidzatain (Al Falaq dan An Nas).

Adapun surat-surat Makkiyah adalah selain surat yang telah disebutkan dalam dua kategori di atas yang berjumlah delapan puluh dua surat. Menanggapi surat-surat makkiyah ini Al Hashshar kemudian menyatakan dalam salah satu bait nadzhamnya bahwa, selain surat-surat yang disebutkan di atas berarti termasuk dalam kategori surat makkiyah.

Dalam pandangan Dr. Subhi Shalih, jika sefinisi ideal untuk Makki dan Madani adalah definisi berdasrkan waktu. Maka baik Makki maupun Madani dapat dibagi lagi ke dalam tiga fase; permulaan, pertengahan dan penutupan.

Surat Makkiyah fase permulaan adalah; surat Al `Alaq, Al Muddatsr, At Takwir, Al A`la, Al Lail, Asy Syarh, Al `Adiyat, At Takatsur, dan An Najm. Sedang fase pertengahan Makkiyah adalah; surat `Abasa, At Tin, Al Qarri`ah, Al Qiyamah, Al Mursalat, Al Balad, dan Al Hijr. Ada pun fase penutup adalah; surat As Shaffat, Az Aukhruf, Ad Dakhan, adz dzariyat, Al Kahfi, Ibrahim, dan As Sajdah.

Adapun surat-surat Madaniyah fase permulaan secara berurutan adalah; surat Al Baqarah, Al Anfal, Ali Imran, Al Ahzab, Al Mumtahanah, An Nisa`, dan Al Hadid. Fase pertengahan dimulai dengan surat Muhammad, At Thalaq, Al Hasyr, An Nur, Al Munafikun, Al Mujadilah, dan terakhir surat Al Hujurat. Sedangkan fase penutupan surat Madaniyah secara berurutan adalah surat At Tahrim, Al Jumu`ah, Al Maidah, At Taubah, dan An Nashr.

Surat Makki fase permulaan adalah;
dilihat dari segi jumlahnya ayat-ayat makkiyah lebih banyak dibanding dengan ayat madaniyah. Dari ayat-ayat al-Qur’an yang berjumlah 6.236 itu, ayat-ayat makkiyah berjumlah 4.726 ayat, sedangkan ayat-ayat madaniyah berjumlah 1.518 ayat. Ini bearti bahwa tiga perempat dari jumlah ayat-ayat al-Qur’an adalah makkiyah.
Ditinjau dari segi masa turunnya, maka Al Qur’an itu dibahagi atas dua golongan:
1. Ayat-ayat yang diturunkan di Mekah atau sebelum Nabi Muhammad s.a.w. hijrah ke Madinah dinamakan ayat-ayat Makkiyyah.
2. Ayat-ayat yang diturunkan di Madinah atau sesudah Nabi Muhammad s.a.w. hijrah ke Madinah dinamakan ayat-ayat Madaniyyah.

adapun perbedaan ayat-ayat yang diturunkan dimekah dan di madinah adalah:
1. Ayat-ayat Makiyyah pada umumnya pendek-pendek. sedangkan ayat-ayat Madaniyyah panjang-panjang. Surat Madaniyah yang merupakan 11/30 dari isi Al-Qur'an, ayat-ayatnya berjumlah 1.456 ayat. sedangkan Surat Makiyyah yang merupakan 19/30 dari isi al-Qur'an Jumlah ayatnya 4.780 ayat. Juz 28 seluruhnya Madaniyah kecuali surat ke 60 (Al-Mumtahanah), ayat-ayatnya berjumlah 137;sedang Juz 29 Ialah Makiyyah kecuali Surat ke 76 (Ad-Dahr), ayat-ayatnya berjumlah 431. Surat al-Anfaal dan Surat Asy-Syu'araa masing-masing merupakan setengah Juz tetapi yang pertama Madaniyyah sebanyak 75 ayat, sedang yang kedua Makiyyah dengan ayatnya berjumlah 227 ayat.

2. Dalam surat-surat Madaniyyah terdapat perkataan "Yaa Ayyuhal Ladziina aamanu" dan sedikit sekali terapat perkataan "Yaa Ayyuhannaas" sedang dalam surat Makiyyah adalah sebaliknya.

3. Ayat-ayat Makiyyah pada umumnya mengandung hal-hal yang berhubungan dengan keimanan, ancaman dan pahala, kisah-kisah umat terdahulu yang mengandung pengajaran dan budi pekerti, sedang Madaniyah mengandung hukum-hukum, baik yang berhubungan dengan hukum adat atau hukum-hukum duniawi seperti hukum kemasyarakatan, hukum ketatanegaraan, hukum perang, hukum Internasional, hukum antar agama. dan lain-lain

Cara-Cara Al-Qur'an Di wahyukan

Nabi Muhammad SAW, dalam hal menerima wahyu Al-Qur'an mengalami bermacam-macam cara. Adapun 4 cara diturunkannya Al-Qur'an antara lain:

1. Malaikat memasukan wahyu itu kedalam hatinya. Dalam hal ini nabi Muhammad tidak melihat sesuatu apapun, hanya beliau merasa bahwa itu sudah berada saja dalam kalbunya.

2. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi Muhammad berupa seorang laki-laki yang mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal benar kata-kata tersebut.

3. Wahyu datang kepadanya seperti gemerincing lonceng. cara inilah yang dirasakan amat berat oleh Nabi muhammad SAW. kadang-kadang pada keningnya berpancaran keringat, meskipun wahyu itu turunnya di musim dingin. kadang-kadang unta beliau terpaksa berhenti dan duduk karena merasa amat berat. diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit "Aku adalah penulis wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah. aku lihat ketika turunnya wahyu itu seakan-akan diserang oleh demam yang keras dan keringatnnya bercucuran seperti permata. Kemudian setelah turunnya wahyu barulah beliau kembali seperti biasa."

4. Malaikat menampakkan dirinya dalam rupanya yang asli. hal ini tersebut dalam surat al-Qur'an surat An-Najm ayat 13 DAN 14 yang artinya "Sesungguhnya Muhammad telah melihatnnya pada kali yang lain, ketika ia berada di Sidratil Muntaha"


Hikmah Al-Qur'an diturunkan secara berangsur
Al-Qur'an diturunkan secara berangsur selama 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari, atau 23 tahun. 13 tahun di Makkah dan 10 tahun di Madinah. hikmah diturunkannya Al-Qur'an secara berangsur-angsur ialah:

  1. Agar lebih mudah dimengerti dan dilaksanakan. orang akan enggan melaksanakan suruhan dan larangan sekiranya suruhan dan larangan itu diturunkan sekaligus banyak.
  2. Diantara ayat-ayat itu ada yang nasikh dan ada yang mansukh, sesuai dengan kemaslahatan. Ini tidak dapat dilakukan sekiranya al-Qur'an diturunkan sekaligus.
  3. Turunnya sesuatu ayat sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi akan lebih mengesankan dan lebih mengena di hati.
  4. Memudahkan penghafalan.
  5. Diantara ayat-ayatnya ada yang merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan atau penolakan atas suatu pendapat atau perbuatan. Hal ini tidak dapat dilaksanakan jika al-Qur'an diturunkan sekaligus.


Ayat-ayat Al-Qur`an yang pertama diturunkan adalah ayat 1 sampai 5 surat al-Alaq sewaktu Nabi Muhammad berkholwat (menyepi untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT). Sedangkan ayat terakhir yang diturunkan, adalah ayat 3 dari Surat Al-Maidali diturunkan di Padang Arofah sewaktu Nabi Muhammad menjalankan ibadah Haji Wada.

Al-Qur'an

Jika anda menulis kata Quran di browser google, di pojok kanan anda akan menemukan jawaban sedikit informasi tentang quran. disitu disebutkan :

The Quran is the central religious text of Islam, which Muslims believe to be a revelation from God. It is widely regarded as the finest work in classical Arabic literature. The Quran is divided into chapters, which are then divided into verses.

Quran adalah teks religius utama dalam islam, yang Muslim yakini sebagai wahyu dari Allah. Hal ini secara luas dianggap sebagai karya terbaik dalam sastra Arab klasik. Quran dibagi menjadi bab-bab, yang kemudian dibagi menjadi ayat.

Apa itu al-Qur'an? 
Menurut Manna Khalil Qattan dalam Kitabnya Mabahist fill Ulum al-Quran dijelaskan bahwa Qur'an berasal dari kata Qara'a dalam bahasa Arab berarti mengumpulkan atau menghimpun, dan Qiro'ah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan lainnya dalam satu ucapan yang tersusun rapi. Qur'an  adalah Infinitif (kata dasar) dari kata Qara'a, Qiro'atan, Qur'anan. Qur'an adalah Kalam Allah yang diturunkan kepada Muhammad SAW untuk di pelajari dan difahami isinya, diturunkan secara berangsur-angsur dimulai dengan Surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas.

Dengan Definisi ini, Kalam Allah yang diturunkan secara khusus sebagai nama bagi kitab yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. adapun kepada nabi-nabi selain nabi Muhammad SAW, tidak dinamakan Al-Qur'an: seperti Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, Atau Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa. al-Quran adalah kitab suci umat islam yang berisi panduan hidup baik secara individu maupun kelompok. 
Qur'an menyebut dirinya dalam surat al-Qiyamah ayat 17-18

إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُۥ وَقُرْءَانَهُ  فَإِذَا قَرَأْنَٰهُ فَٱتَّبِعْ قُرْءَانَهُ

Artinya: "Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (dalam dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya."

Qur'an adalah sebuah episteme yang menurunkan banyak ilmu pengetahuan mulai dari bahasa, cara bacanya apakah harus di baca tebal, tipis, panjang atau pendek,kapan harus berhenti, di posisi mana harus berhenti, kapan harus terus dibaca. pembagian surat, cara turunya: apakah saat musim panas apakah saat musim dingin, sejarah turunnya, bagaimana quran dibukukan, dan lain-lain.

Setiap jumlah ayat antara satu surat dengan surat mempunyai hubungan matematis yang menunjukkan kondisi tertentu. karena banyaknya ilmu pengetahuan yang bersumber dari Al-Qur'an maka para ilmuwan Qur'an adalah miracle. sebuah keajaiban!

Pelajaran yang berkaitan dengan Qur'an
Secara umum, untuk mempelajari Al-Qur'an Tahap pertama adalah:

Belajar Tilawah (membaca)
Tujuan tahapan ini adalah mempersiapkan diri agar dapat membaca Alqur’an dengan lancar. di tahapan ini adalah pengetahuan dasar meliputi pengenalan dan penguasaan huruf arab beserta makhrojnya, bacaan panjang/pendek, praktek sifat-sifat huruf (seperti qolqolah dan hams), bacaan dengung, pengenalan tanda waqof dan praktek pembacaan ayat-ayat pendek.

Tahap kedua : Tahsin (membaguskan bacaan)
Tujuan tahapan ini adalah bertujuan agar dapat memahami ilmu tajwid dan prakteknya secara baik. Di tahapan ini, Keberhasilan penguasaan praktek membaca Alqur’an dengan bertajwid lebih diperioritaskan daripada sekedar penguasaan teori.

Tahap ketiga: : Tahfidh (menjaga/menghafal)
Tahapan ini adalah tahapan menghafal Alqur’an.pada tahapan ini seyogianya dilakukan secara bertahap, jangan terburu buru, boleh juga di program untuk menghafal dengan target se umur hidup. artinya tidak perlu menargetkan diri harus menghafal seratus ayat setiap hari, atau satu ayat setiap hari. mulai saja dari semenjak sekarang, hafalkan semampu kita dan jaga hafalan tersebut. jika dirasa sudah mampu untuk menambah hafalan, segera tambahkan hafalan ke ayat berikutnya. Sampai pada tahap Tahfidz, di sela-sela waktu menambah hafalan kita semua bisa mempelajari tahap selanjutnya tentang ilmu-ilmu al-Quran di Lingkup Pembahasan ilmu Al-Quran Tahap Berikutnya

Setelah 3 tahapan ini baru kita akan belajar memahami tentang isi al-Qur'an. tentunya sebagai dasarnya adalah harus mengetahui bahasa Arab serta gramatisasi kalimat-kalimat dalam bahasa Arab. adalah ilmu-ilmu tertentu yang harus di kuasai sebelum menafsirkan alqur'an. anda bisa lihat di link berikut ini.

Pada umumnya, para ulama terdahulu, tidak akan memberikan pelajaran lain tentang Islam seperti ilmu hadist dan atau ilmu fiqih jika belum melewati tahap pelajaran al-Qur'an ini. demikian