Qur'an : Pembahasan Tentang Quran Sesi 2



Al-quran karim adalah mu'jizat islam yang kekal dan mukjizatnya selalu diperkuat oleh ilmu kemajuan pengetahuan. Ia diturunkan Allah kepada Rasulallah Muhammad SAW untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka ke jalan yang lurus. Rasulullah SAW menyampaikan Qur'an kepada para sahabatnya - Orang orang Arab Asli - sehingga mereka dapat memahaminya berdasarkan naluri mereka. Apabila mereka mengalami ketidakjelasan dalam memahami suatu ayat, mereka menanyakannya kepada Rasulullah SAW.

Bukhari, Muslim serta yang lain meriwayatkan dari ibnu Mas'ud dengan mengatakan : "Ketika ayat ini diturunkan : 'orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman' (Al-An'am:82), banyak diantara para sahabat merasa resah, lalu mereka bertanya kepada Rasullah SAW :"ya Rasullah siapakah diantara kita yang tidak berbuat kezaliman terhadap dirinya?" Nabi menjawab: "kezaliman disini bukan seperti yang kamu fahami, tidakkah kamu pernah mendengan apa yang dikatakan oleh seorang hamba Allah yang saleh Sesungguhnya kemusyrikan adalah benar-benar kezaliman yang besar (Q.S: Lukman : 13) jadi yang dimaksud dengan kezaliman disini ialah kemusyrikan.

Rasulullah menafsirkan kepada mereka beberapa ayat seperti dinyatakan oleh imam Muslim dan yang lain, yang bersumber dari Uqbah bin Amir ia berkata : "Aku pernah mendengar RAsulullah berkata diatas mimbar : 'dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan yang kamu sanggupi (Q.S : Alanfal :60) ingatlah bahwa kekuatan disini adalah memanah"

para sahabat sangat antusias untuk menerima Qur'an dari RAsulullah SAW, menghafalnya dan memahaminya. Hal itu merupakan suatu kehormatan bagi mereka. Dikatakan oleh Anas RA : "Seseorang diantara kami bila telah membaca surah BAqarah dan Ali Imran, orang itu menjadi besar menurut pandangan kami." begitu pula mereka selalu berusaha mengamalkan Qur'an dan memahami hukum-hukumnya. Diriwayatkan dari Abu Abdurrahman as-Sulami, ia mengatakan :"Mereka yang membacakan Qur'an kepada kami. seperti Usman bin Affan dan Abdullah bin Mas'ud serta yang lain menceritakan, bahwa mereka bila belajar dari Nabi SAW sepuluh ayat, mereka tidak melanjutkannya sebelum mengamalkan ilmu dan amal yang ada di dalamnya. Mereka berkata:'Kami mempelajari Qur'an berikut ilmu dan amalnya sekaligus."

Rasulullah tidak mengizinkan mereka menuliskan sesuatu selain Qur'an, karena ia khawatir Qur'an akan tercampur dengan yang lain. Muslim meriwayatkan dari Abu Sa'id al-Khudri, bahwa RAsulullah SAW berkata: Janganlah kamu tulis dari aku; barang siapa menuliskan dari aku Selain Qur'an, hendaklah dihapus. dan diceritakan apa yang dariku; dan itu tiada halangan baginya, dan barang siapa yang sengaja berdusta atas namaku, ia akan menempati tempatnya di api neraka"

Sekalipun sesudah itu Rasulullah SAW mengizinkan kepada sebagian sahabat untuk menulis hadis, tetapi hal yang berhubungan dengan Qur'an tetap berdasarkan pada riwayat yang melalui petunjuk di zaman RAsulullah SAW., dimasa kekhalifahan Abu Bakar dan Umar RA.

Pada saat kekhalifahan Usman RA dan keadaan menghendaki untuk menyatukan kaum muslimin pada satu mushaf, dan hal itupun terlaksana. Mushaf itu disebut MUSHAF IMAM. salinan-salinan mushaf itu juga dikirimkan ke beberapa propinsi. penulisan mushaf tersebut dinamakan ar-RAsmul Ustmani yaitu dinisbahkan kepada Usman, dan ini dianggap sebagai permulaan dari Ilmu Rasmil Qur'an.

Kemudian datang masa kekhalifahan Ali RA. dan atas perintahnya Abul Aswad ad-Du'ali meletakkan kaidah-kaidah Nahwu, cara pengucapan yang tepat dan baku dan memberikan ketentuan harakat pada Qur'an. ini juga dianggap sebagi permulaan ilmu I'rabil Qur'an. Para sahabat senantiasa melanjutkan usaha mereka dalam menyampaikan makna-makna Qur'an dan penafsiran ayat-ayatnya yang berbeda-beda diantara mereka, sesuai dengan kemampuan mereka yang berbeda pula dalam memahami dan karena adanya perbedaan lama dan tidaknya mereka hidup bersama Rasulullah SAW. hal yang demikian diteruskan oleh murid-murid mereka, yaitu para Tabi'in.

Diantara para mufasir yang termasyhur dari para sahabat adalah empat orang khalifah, kemudian Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Ubay bin Ka'ab, Zaid bin Tsabit, Abu Musa Al 'Asy'ari dan Abdullah bin Zubair. Banyak riwayat mengenai tafsir yang diambil dari Abdullah bin 'Abbas, Abdullah bin Mas'ud dan Ubay bin Ka'ab dan apa yang diriwayatkan mereka tidak berarti sudah merupakan tafsir yang sempurna; tetapi terbatas pada makna beberapa ayat dengan penafsiran tentang apa yang masih samar dan penjelasan apa yang masih global. mengenai para abi'in, diatara mereka ada yang satu kelompok terkenal yang mengambil ilmu dari para sahabat di samping mereka sendiri bersungguh-sungguh atau melakukan ijtihad dalam menafsirkan ayat.

Diantara murid-murid ibn Ababs di mekkah yang terkenal ialah SA'id bin Jubair, Mujahid, Ikrimah maula Ibn Abbas, Tawus bin Kisan al-Yamani dan Ata' bin Abi Rabah. dan terkenal pula diantara murid-murid Ubay bin Ka'ab di Madinah, Zaid bin Aslam, Abul ALiyah dan Muhammad bin Ka'ab al-Qurazi. Dari murid-murid Abdullah ibn Mas'ud di Irak yang terkenal Alqamah bin Qais, Masruq, al-Aswad bin Yazid, 'Amir As Sya'bi, Hasan Basri dan Qatadah bin Di'amah as-Sadusi.

Ibnu Taimiyah berkata:"adapun mengenai ilmu tafsir, orang yang paling tahu adalah penduduk Mekah, karena mereka Sahabat Ibn Abbas Seperti Mujahid, 'Ata' bin abi rabih, Ikrimah Maula Ibn Abbas, TAwus, Abusy Sya'sya, Sa'id Ibn Zubair dan lain-lain. begitu juga penduduk Kufah dari sahabat-sahabat Ibn Mas'ud dan mereka itu mempunyai kelebihan dari ahli tafsir lain. Ulama penduduk Madinah dalam Ilmu tafsir diantaranya adalah Zubair Ibn Aslam, Malik dan Anaknya Abdurrahman serta Abdullah bin Wahab, mereka semua berguru kepadanya.

dan yang diriwayatkan dari mereka itu semua meliputi ilmu tafsir, Ilmu Gharibil Qur'an, Ilmu Asbabun Nuzul, Ilmul Makki wal Madani dan ilmu Nasikh wal Mansukh. tetapi semua ini tetap didasarkan pada riwayat dengan cara di dikte kan.

Pada abad hijri tiba masa pembukuan (tadwin) yang dimulai dengan pembukuan hadis dengan segala sebabnya yang bermacam-macam dan itu juga menyangkut hal yang berhubungan dengan tafsir. Maka sebagian ulama membukukan tafsir alQur'an yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW dan dari para sahabat atau dari para tabi'in.

diantara mereka itu yang terkenal adalah Yazid bin Harun as Sulami (wafat 117H), Syu'bah bin HAjjaj (Wafat 160 H), Waki' bin Jarrah (Wafat 197 H) Sufyan bin Uyainah (wafat 198 H) dan Abdurrazaq bin Hammam (WAfat 112 H). mereka semua itu adalah ahli hadis, sedang tafsir yang mereka susun merupakan salah satu bagiannya, Namun tafsir mereka yang tertulis tidak ada yang sampai ke tangan kita. Kemudian langkah mereka di ikuti oleh para ulama dengan menyusun tafsir lebih sistematis diantaranya berdasarkan susunan ayat. yang paling terkenal diantara mereka adalah Ibn Jarir at-Tabari (wafat 310 H)

semenjak at tabari bermuculan berbagai penulisan yang membahas tentang alquran secara bebas dan mandiri sehingga lahirlah dua bentuk penafsiran yaitu tafsir bil ma'sur (tafsir berdasarkan riwayat dan tafsir bil ra'yi (tafsir berdasarkan penalaran). Ali bin al-Madini (wafat 234 H) guru Imam BUkhari menyusun karangan mengenai asbabun Nuzul, Abu Ubaid al-Qasim bin salam (wafat 224 H) menulis tentang nasikh mansukh dan Qira'at. Ibn Qutaibah (wafat 276 H) menyusun tentang problematika al-Qur'an (Musykilatul Qur'an). Muhammad bin Khalaf bin Marzaban (Wafat 309 H) menyusun al-HAwi fi Ulumil Qur'an. Abu Bakar as Sijistani (Wafat 330 H) menyusun Gharibul Qur'an. Muhammad bin Ali al Afdawi (wafat 388 H) menyusun al Istigna' fi ulumil qur'an).